MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH

MAKALAH IPA 2

SISTEM PEREDARAN DARAH

Disusun oleh :

Noviastri Herdinawati                      11312241002

Na’in Anggraeni                                11312241010

Mita Kurniati                                    11312241013

Dewi Qurrotul A’yun                       11312241022

Santi Adi Wahyuni                           11312241028

Ratih Dwi Utami                               11312241041

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

SISTEM PEREDARAN DARAH

Sistem peredaran darah mirip dengan proses pengangkutan bahan makanan. Oleh karena  itu sistem peredaran darah disebut juga sistem transportasi karena mengangkut sari-sari makanan, gas -gas terlarut, sel-sel darah, air, dan zat-zat sisa metabolisme. Sistem peredaran darah pada manusia merupakan sistem darah tertutup, karena  darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali. Darah terus menerus dipompa dari jantung dan mengalir dalam rangkaian pembuluh darah arteri. Arteri akan bercabang-cabang menjadi arteriol. Arteriol bercabang-cabang lagi menjadi kapiler-kapiler darah. Kapiler hanya dilapisi oleh selapis sel sangat tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran zat dengan sel-sel sekitarnya. Kapiler-kapiler ini bersatu membentuk venula. Venula bersatu menjadi vena-vena yang akan mengalirkan kembali ke jantung. Untuk memahami secara lebih jelas tentang mekanisme sistem peredaran darah pada manusia, pada uraian berikutnya akan dipaparkan secara lebih rinci.

  I.            Struktur dan Fungsi

1)      Darah

Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Darah merupakan salah satu jaringan karena tersusun atas sel-sel yang memiliki fungsi tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, struktur darah yang berupa cairan bukanlah masalah untuk penyebutan jaringan darah. Darah yang berupa cairan ini sangatlah istimewa karena meski berbupa cairan, didalam darah terdapat substansi-substansi terlarut yang tidak dimiliki oleh cairan lainnya. Glukosa, asam amino, antibodi, enzim, dan berbagai jenis nutrisi lain ditemukan dalam darah. Sistem transportasi dari meterial-material tersebut digunakan untuk menjaga keseimbangan sel-sel dalam tubuh.

Darah  merupakan cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbondioksida. Apabila kadar oksigen tinggi maka warna daranya menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbondioksidanya tinggi maka warna darahnya menjadi merah tua. Volume darah pada manusia adalah 8% berat badannya.

Darah adalah jaringan ikat dengan sel-sel yang tersuspensi dalam plasma. Volume darah yang ada dalam tubuh seseorang diperkirakan ± 8% dari berat badan seseorang. Tubuh manusia umumnya mengandung 4-6 L darah.

Fungsi Umum Darah:

  1. Mengangkut sari makanan

Sari-sari makanan seperti asam lemak, asam amino, dan monosakarida masuk ke dalam sistem sirkulasi melalui kapiler yang berada di villi usus halus. Sari-sari makanan ini diangkut menuju ke dalam sel-sel tubuh. Sari-sari makanan ini untuk metabolisme, aktivitas, dan membentuk sel-sel atau jaringan yang baru.

  1. Pengangkutan O2 dan CO2

Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dilakukan oleh sel darah merah. Kandungan oksigen dalam darah 0,36 % – 20 %. Karbon dioksida hasil respirasi sel dilepas dari plasma dan masuk ke dalam dinding kapiler secara difusi, kemudian dibawa ke paru-paru untuk dibuang. Karbon dioksida yang ada dalam darah antara 2,7% hingga 60%. Sebagian karbon dioksida membentuk hidrogen karbonat atau bikarbonat berupa ion (HCO3) yang diangkut ke plasma dan sel darah merah. Di paru-paru, hidrogen karbonat diuraikan menjadi air dan karbon dioksida. Karbon dioksida dalam pembuluh kapiler secara difusi masuk ke dalam alveolus paru-paru.

  1. Ekskresi yaitu pengangkutan Urea untuk dibuang

Tubuh dalam melakukan metabolisme menghasilkan zat-zat sisa yang bersifat racun, misalnya urea dan asam urat. Zat sisa ini oleh darah diangkut ke ginjal untuk menjalani beberapa proses agar bisa dikeluarkan dari tubuh.

  1. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)

Tubuh saat beraktivitas akan melepaskan panas. Panas yang dihasilkan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah sehingga di seluruh tubuh terdapat kesamaan temperatur. Jika udara di lingkungan dingin, maka pembuluh kapiler akan menciut untuk menghemat panas tubuh. Ketika udara di lingkungan panas, maka pembuluh kapiler akan melebar dan aliran darah semakin cepat sehingga panas tubuh dapat diedarkan ke seluruh tubuh.

  1. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)
  2. Distribusi hormon

Di dalam tubuh terdapat kelenjar yang menghasilkan hormon. Hormon ini diangkut oleh plasma dan dikirim ke bagian tubuh yang memerlukannya.

  1.  Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

Jika sampel darah diambil, sel-sel darah dapat dipisahkan penyusunnya dengan cara memasukkan darah tersebut ke dalam alat sentrifugasi dan  memutarnya dengan kecepatan tertentu. Unsur seluler (sel dan fragmen sel), yang berkisar sekitar 45 % dari volume darah akan mengendap ke dasar  tabung reaksi sedangkan plasma transparan berwarna kekuningan sebanyak 55 % berada diatasnya. Berikut ini adalah gambar dari hasil pemisahan unsure-unsur darah :

  1. A.    Plasma

Plasma merupakan cairan yang sebagian besar tersusun atas air, tetapi juga mengandung molekul utama seperti mineral, protein, hormon, glukosa dan nutrisi lainnya. Berikut ini adalah komponen penyusun plasma :

Bahan Penyusun Fungsi Utama
Air Pengangkut untuk mengangkut zat-zat lain
Ion

–          Natrium

–          Kalium

–          Kalsium

–          Magnesium

–          Klorida

–          BikarbonatKeseimbangan osmotik, penyangga pH dan pengaturan permeabilitas membraneProtein Plasma

–          Albumin

–          Fibrinogen

–          Imunoglobin (antibody)- Keseimbangan osmotic, penyangga pH,

– Penggumpalan

– Pertahanan

Plasma darah terdiri dari air yang didalamnya terlarut berbagai macam zat, baik zat organik maupun zat anorganik dan zat  yang berguna maupun zat sisa yang tidak berguna sehingga jumlahnya lebih kurang 7-10%. Zat yang terlarut dalam plasma darah dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:

a)      Zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam lemak, kolesterol, serta garam-garam mineral.

b)      Zat-zat yang diproduksi sel, seperti enzim, hormon,dan antibodi.

c)      Protein darah, yang tersusun atas beberapa asam amino, yaitu:

  • Albumin, yang sangat penting untuk menjaga tekanan  osmotik darah
  • Fibrinogen, sangat penting untuk proses pembekuan darah
  • Globulin, untuk membentuk gemaglobulin, yaitu komponen zat kebal yang sangat penting.

d)     Zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan zat-zat sisa lainnya.

e)      Gas-gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti O2 , CO2 dan N2.

  1. B.     Sel Darah

Sel-sel darah merupakan bagian terbesar dari darah,yaitu sekitar 40-50 % dari total komponen darah. Sel-sel darah terdiri atas tiga macam, yaitu:

Jenis Sel

Jumlah (per mm3 darah)

Fungsi

Eritrosit 5-6 juta Mengangkut oksigen dan membantu mengangkut karbondioksida
Leukosit 5000-10000 Pertahanan dan kekebalan
Trombosit (Platelets) 250000-400000 Penggumpalan darah
  1. 1.      Sel darah merah (eritrosit)

Sel darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya. Setiap millimeter kubuk darah manusia mengandung  5-6 juta sel darah merah per mm3 darah.

Sel darah merah (eritrosit) merupakan sel pembawa oksigen. Tidak seperti sel pada umumnya, eritrosit tidak memiliki nukleus (inti sel) maupun mitokondria. Hal tersebut yang membuat sel darah merah memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga mudah untuk berpindah dalam darah. Namun, dikarenakan sel darah merah tidak memiliki mitokondria untuk melakukan respirasi, ia menggunakan sebagian dari oksigen dan nutrisi lainnya untuk melakukan metabolisme. Eritrosit hanya mampu hidup sekitar 120 hari. Setiap detiknya, 2 juta sel darah merah mati dan 2 juta lainnya lahir (terbentuk) dalam sum-sum tulang. Fungsi utama dari eritrosit ini adalah membawa/mengikat oksigen. Oksigen diikat oleh protein besar yang biasa dikenal dengan hemoglobin. Tiap 1 molekul hemoglobin mampu mengikat 4 molekul oksigen dan dalam satu sel darah merah terdapat 300 juta molekul hemoglobin.

Sel darah merah dibentuk oleh sumsum tulang remaja. Sumsum tulang tersebut sudah mampu memproduksi sel darah merah sebelum masa balita. Sel darah merah terbentuk dengan susunan sel yang lengkap seperti pada umunya. Namun, semakin berkembang sel darah merah tidak memiliki inti sel (nukleus). Setiap sel darah merah memiliki diameter 7 mikron dan tebal 2 mikron. Jika dihitung, dalam 1 ml darah manusia terdapat 5 juta sel darah merah. Volume rata-rata dari sel darah merah sebanyak 5 liter. Tiap sel darah merah memiliki saluran sirkulasi dari jantung menuju pembuluh kapiler dan kembali ke jantung setiap 45 detik.

Karakteristik eritrosit yang utama yaitu perubahan bentuk hal ini penting karena eritrosit harus bersifat flexible untuk menyusup ke kapiler-kapiler yang sangat kecil. Peningkatan konsentrasi hemoglobin atau penurunan fluiditas dapat menurunkan kemampuan berubah bentuk. Akumulasi dari merman kalsium mengakibatkan sel kaku, berkerut dan mengurangi kemampuan berubah bentuk.

Hemoglobin merupakan protein dengan berat molekul 66.000. hemoglobin terdiri dari 4 molekul. 2 molekul disebut beta chain dan 2 lainnya alpha chains. Chains ini tersusun atas asam amino dan molekul sentral yang disebut heme. Pada setiap heme ini terdapat sebuah atom besi. Hem juga mengatur sintesis hemoglobin dengan merangsang pembentukan protein globin. Hem mempertahankan kompleks inisiasi ribosom dalam keadaan aktif.

Sintesis hemoglobin terjadi dalam masa pembentukan sel darah merah sejak masih berada pada sum-sum tulang hingga berada dalam aliran darah. Besi merupakan atom yang sangat penting dalam darah, karena disinilah terjadi ikatan oksigen. Ikatan antara atom besi dan oksigen ini merupakan ikatan dua arah yang terjadi secara terus menerus. Reaksinya :

Hb + O2  ßà  HbO2

Oksigen mengalir dari paru-paru menuju kapiler, selanjutnya masuk dalam aliran darah yang kemudian berdifusi masuk ke dalam sel darah merah yaitu ikatan dalam hemoglobin.Hemoglobin memiliki volume 32 % dari total berat sel darah merah. Pada suatu saat, hemoglobin ini akan mengalami kerusakan dan dirombak menjadi bilirubin. Bilirubin kemudian akan diserap oleh hati yang digunakan sebagai zat warna empedu.

Ciri-ciri Eritrosit :

1)      Berukuran 7,5-7,7 µm

2)      Bentuknya bikonkaf dengan bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya. Hal tersebut juga berfungsi untuk memperluas permukaan.

3)      Berwarna merah kekuningan karena adanya Hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk mengikat oksigen

4)      Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah

5)      Tidak berinti (khusus bagi mamalia)

6)      Tidak memiliki motokondria, metabolism aerobic menggunakan O2 yang dibawanya

7)      Tidak dapat menembus dinding kapiler

8)      Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).

Dalam sel darah merah terdapat hemoglobin , sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen. Baru-baru ini, para peneliti telah menemukan bahwa hemoglobin juga berikatan dengan molekul nitrat oksida (NO) Gas NO tersebut membantu proses pengiriman O2 dengan merelaksasikan dinding kapiler. Reaksi ikatan O2 dan Hemoglobin :                    Hb + O2            HbO2

  1. 2.      Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih (leukosit) adalah bagian dari sistem imunitas yang membantu tubuh untuk melawan penyakit maupun sel pengganggu lainnya.

Ciri-cirinya:

1)      Berukuran 10-12 µm

2)      Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. Jumlah ini terus meningkat untuk sementara waktu ketika tubuh sedang berperang melawan suatu infeksi.

3)      Mempunyai bentuk sangat bervariasi

4)      Selnya mempunyai nukleus (inti sel)

5)      Bergerak bebas secara ameboid

6)      Menembus dinding kapiler yang disebut diapedesis untuk memakan bibit penyakit

Sel darah putih dibuat di sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikulo-indotel. Leukosit mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk kedalam tubuh,yaitu dengan cara memakannya yang disebut  fagositosis. Jumlah leukosit dapat naik turun tergantung dari ada tidaknya infeksi kuman-kuman tertentu. Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid.

Leukosit dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu granulosit bila plasmanya bergranuler dan agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler.

Leukosit granulosit dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

  1. Netrofil (62 % dari total Leukosit)

Bersifat fagosit, plasmanya bersifat netral, bentuk intinya bermacam-macam seperti batang dengan banyak granula merah jambu. Sel ini berdiameter 12-15 µm dan memiliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma pucat.

  1. Basofil (0,4 %)

Basofil jarang ditemukan, biasanya berada pada darah tepi normal. Diameter basofil lebih kecil dari neutrofil yaitu sekitar 9-10 µm. Plasmanya bersifat basah, berbintik-bintik kebiruan, dan bersifat fagosit. Berperan pada reaksi alergi. Basofil memiliki banyak granula sitoplasma yang menutupi inti dan melepaskan heparin, yaitu bahan yang dapat mencegah pembekuan darah.

  1. Eusinofil (2,3%)

Mengandung granula berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing). Bersifat fagosit, plasmanya bersifat asam, berbintik-bintik kemerahan yang jumlahnya akan meningkat bila terjadi infeksi.

Leukosit agranulosit dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  1. Monosit (5,3 %)

Merupakan sel darah putih yang paling besar. Selnya berinti satu, besar berbentuk bulat panjang dan bisa bergerak cepat. Masa hidup 4-8 jam dalam sirkulasi dan 4-5 hari dalam jaringan. Monosit beredar dalam darah dan masuk ke jaringan yang cedera melewati membran kapiler yang menjadi permeabel sebagai akibat dari reaksi peradangan. Monosit tidak bersifat fagosit, tetapi setelah beberapa jam berada di jaringan akan  berkembang menjadi makrofag. Makrofag adalah sel besar yang mampu mencerna bakteri sisa sel dalam jumlah yang sangat besar. Makrofag dapat memfagosit sel darah merah dan sel darah putih lain yang telah lisis (rusak/pecah).

  1. Limfosit (30 %)

Berinti satu, selnya tidak dapat bergerak bebas, ukurannya ada yang sebesar eritrosit. Sel ini berperan besar dalam pembentukan zat kebal (antibodi). Limfosit juga memiliki peranan fungsional yang berbeda, yang semuanya berhubungan dengan reaksi imunitas dalam bertahan terhadap serangan mikroorganisme, makromolekul asing dan sel-sel kanker.Sirkulasi limfosit terus terjadi.

  1. 3.      Platelets (trombosit)

Ciri-cirinya:

  1. Berukuran lebih kecil (2-4µm) dari eritrosit dan leukosit
  2. Sel darah pembeku tidak berinti
  3. Bentuknya tidak teratur
  4. Bila tersentuh benda yang permukaannya kasar mudah pecah

Sel ini dibentuk di dalam megakariosit sumsum merah tulang. Trombosit terus dibetuk dan dilepasan kedalam darah, tempat trombosit bertahan hidup 9-10 hari tidak memiliki nukleus dan tidak sanggup membuat protein, trombosit tetap dapat melakukan berbagai aktivitas sel-sel utuh, trombosit mengkonsumsi oksigen dan mempunyai metabolisme aktif yang tergantung pada enzim pembangkit energi dari satu atau dua mitokondria kecil dalam sitoplasmanya. Trombosit sangat penting bagi proses pembekuan darah. Pembekuan darah merupakan rangkaian proses yang terjadi pada jaringan tubuh, plasma darah, dan trombosit.

Trombosit memiliki berbagai zat yang berfungsi untuk proses pembekuan darah. Pembekuan darah terjadi secara bertahap dan cukup rumit karena melibatkan berbagai faktor pembekuan darah.

Proses penggumpalan darah dimulai ketika endotelium pembuluh darah rusak dan jaringan ikat pada dinding pembuluh tersebut terpapar ke darah. Selanjutnya otot-otot pada dinding pembuluh darah mengalami kontraksi hingga membuat pembuluh menyempit. Penyempitan ini akan mengurangi laju aliran darah. Trombosit menempel ke serat kolagen dalam jaringan ikat tersebut dan mengeluarkan hormon serotonin dan zat kimia lain yang membuat trombosit saling berdesakan kemudian menjadi lengket. Trombosit tersebut kemudian membuat sumbat yang memberikan perlindungan darurat sehingga tidak terjadi kehilangan banyak darah. Penutup tersebut diperkuat oleh gumpalan fibrin ketika kerusakan pembuluh darah semakin parah.

Fibrin dibentuk melalui proses yang bertahap. Faktor penggumpalan yang dibebaskan oleh trombosit yang mengumpul atau sel-sel yang rusak bercampur dengan faktor penggumpalan dalam plasma akan membentuk aktivator yang mengubah sejenis protein plasma yang disebut prothrombin ke bentuk aktifnya yaitu thrombin. Pengubahan ini memerlukan suatu enzim aktivator yaitu enzim trombokinase. Selain itu juga diperlukan faktor lain yaitu Ion Kalsium dan vitamin K. Vitamin K diproduksi secara normal dalam usus besar oleh bakteri penyerapan yaitu Eschericia coli. Adanya obat antibiotik yang dikonsumsi akan menghancurkan bakteri ini dan mengurangi produktifitas vitamin K. Thrombin itu sendiri merupakan sejenis enzim yang mengkatalisis tahapan akhir proses penggumpalan yaitu pengubahan fibrinogen menjadi fibrin.

  1. C.    Pembentukan Sel Darah

Hemopoiesis (hematoiesis) yaitu proses pembentukan elemen-elemen berwujud darah. Proses pembentukan ini terutama terjadi di sumsum tulang merah misalnya di epifisis tulang panjang (pangkal lengan dan tulang paha), tulang pipih (tulang rusuk dan tulang kranium), vertebra dan tulang panggul. Di dalam sumsum tulang merah, sel hemasitoblas membelah menjadi sel “blas”. Sel-sel ini kemudian menjadi elemen berwujud darah dengan tergolong menjadi beberapa kelompok.

  1. Eritropoiesis

Eritropoiesis yaitu proses pembentukan darah khususnya darah merah (eritrosit). Proses ini dimulai dengan terbentuknya proeritroblas yang berasal dari sel hemopoitik. Setelah 3-5 hari, beberapa berkembang dengan proliferasi ribosom (penggandaan ribosom) dan sintesis hemoglobin. Akhirnya, inti sel dikeluarkan, membuat depresi pada bagian pusat sel. Eritrosit muda, yang biasa dikenal dengan retikulosit, yang masih mengandung beberapa ribosom dan retikulum endoplasmik, memasuki aliran darah dan kemudian berkembang menjadi eritrosit dewasa setelah 1-2 hari. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin (dibentuk di ginjal dan hati).

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Setelah beberapa bulan, eritrosit terbentuk di dalam hati, kelenjar limfe dan limfa sebelum dapat dibentuk pada sumsum tulang. Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limfa semakin berkurang. Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang kecuali limfosit yang juga dibentuk di kalenjar limfe, thymus dan lien.

Pada orang dewasa, pembentukan sel darah diluar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis. Setelah usia 20 tahun sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum, tulang iga dan ilinium.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.

Globin dan hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan. Zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

  1. Leukopoiesis

Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony stimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi (perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa. Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel “blas” seperti berikut ini.

  1. Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit granular (granulosit) yaitu eosinofil, neutrofil, dan basofil.
  2. Monoblas berkembang menjadi monosit.
  3. Limfoblas akan berkembang menjadi limfosit.
  1. Tromopoiesis

Pembentukan keping darah dimulai dengan pembentukan megakarioblas dari sel batang hemopoitik. Megakarioblas membelah tanpa sitokinesis menjadi megakariosit, sel raksasa dengan inti besar dan multilobus (banyak ruang). Megakariosit kemudian terpecah-pecah menjadi segmen-segmen ketika membran plasma tertekuk ke dalam sitoplasma.

2)      Organ Peredaran Darah

  1. A.    Jantung

Jantung terletak di dalam rongga dada, di atas diafragma. Jantung dibungkus dengan selaput jantung atau perikardium yang berlapis dua. Diantara dua lapis terdapat cairan limfa yang bertugas sebagai penahan gesekan.

Otot jantung atau miorkardium tersusun atas jenis otot kardiak yang bekerja tidak mengikuti kehendak kita. Pada sekat antara kedua serambi jantung, terdapat simpul saraf, yang merupakan cabang dari simpul saraf tak sadar. Simpul ini bercabang-cabang ke otot serambi jantung, kemudian keluar sebagai suatu berkas yang disebut berkas His. Berkas ini menuju ke sekat antara kedua bilik jantung. Di sini berkas ini bercabang-cabang keseluruh bagian bilik jantung. Selain saraf tersebut, jantung dipengaruhi oleh cabang dari saraf-saraf, yaitu nervus vagus yang dapat memperlambat kerja jantung, dan akselerans yang dapat mempercepat kerja jantung.

gambar : a. ruang pada jantung

b. cara kerja jantung

sumber: http://www.crayonpedia.org/wiki/images/b/b0/Fungsi_AT_27.jpg

Ukuran jantung kira-kira sebesar ukuran tangan, jantung dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:

  1. Dinding jantung

Dinding jantung merupakan bagian yang membungkus ruangan jantung. Dinding ini terdiri atas tiga lapis, yaitu:

  1. Perikardium

Perikardium adalah selaput pembungkus jantung. Perikardium ini berlapis dua. Diantara keduanya terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk menahan gesekan.

  1. Miokardium

Miokardium adalah otot jantung. Otot ini tersusun atas jenis otot yang bekerja secara tidak sadar.

  1. Endokardium

Endokardium adalah selaput yang membatasi ruangan jantung.

  1. Ruangan jantung

Ruangan jantung manusia berjumlah empat terdiri dari dua serambi (atrium) kanan dan kiri serta dua bilik (ventrikel) kanan dan kiri. Serambi kanan berisi darah yang kaya CO2 berasal dari seluruh tubuh, sedangkan serambi kiri berisi darah yang kaya oksigen yang berasal dari paru-paru.

  1. Klep jantung

Antara serambi dan bilik, antara bilik dan nadi terdapat klep atau valvula. Fungsi klep ini untuk menjaga agar aliran darah tetap searah. Klep-klep tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Klep berdaun tiga atau valvula trikuspidalis, terdapat diantara serambi kanan dan bilik kanan. Klep ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam bilik kanan tidak kembali ke serambi kanan.
  2. Klep berdaun dua atau valvula biskupidalis, terdapat diantara serambi kiri dan bilik kiri. Klep ini berfungsi untuk mencegah agar darah dalam bilik kiri tidak kembali ke serambi kiri.
  3. Klep berbentuk bulan sabit atau valvula seminularis. Klep ini terdiri atas tiga daun dan terdapat pada pangkal nadi besar. Fungsinya adalah untuk mencegah agar darah dalam nadi tidak kembali ke bilik.
  4. Saraf jantung

Saraf pada jantung membentuk beberapa simpul saraf jantung. Simpul saraf tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Simpul Keith-Flack atau Nodus Sino Aurikularis

Simpul saraf ini terdapat pada dinding serambi, diantara vena yang masuk ke serambi kanan.

  1. Simpul Tawara atau Nodus Atrioventrikularis

Simpul saraf ini terdapat pada sekat antara serambi dan bilik.

  1. Berkas His

Berkas His berupa serabut saraf yang merupakan kelanjutan dari simpul tawara. Serabut saraf dari berkas His ini terdapat pada sekat antara bilik dan bercabang-cabang ke otot jantung dinding ventrikel.

  • Kerja jantung

Bila serambi jantung mengembang, jantung akan mengisap darah masuk ke serambi dari pembuluh balik. Serambi kanan menarik darah dari vena cava superior dan vena cava inferior, sedangkan serambi kiri menarik darah vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Bersamaan masuknya darah keserambi kanan, simpul keith-flack terangsang. Rangsangan diteruskan ke simpul Tawara. Bersamaan dengan ini, otot dinding serambi berkontraksi sehingga ruangan serambi mengucup. Begitu impuls dari keith-flack sampai disimpul Tawara, maka katup antara serambi dan bilik terbuka, darah mengalir ke bilik. Sementara itu, impuls saraf diteruskan ke berkas his. Setelah darah masuk ke dalam ventrikel, klep antara atrium dan bilik menutup. Sesampainya rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah dinding bilik. Akibatnya, ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik maximum disebut tekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompa ke aorta. Setelah darah terpompa keaorta, dinding bilik berelaksasi. Ruangan jantung membesar maksimum sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam ruangan jantung akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole.

  • Bunyi Jantung

Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katub-katub yang menutup secara pasif. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katub atrio-ventrikuler, dan kontraksi dari ventrikel. Bunyi kedua karena menutupnya katub aortik dan pulmoner sesudah kontraksi dari ventrikel. Bunyi yang pertama adalah panjang dan dempak dan yang kedua pandek dan tajam. Demikianlah maka pertama terdengar seperti “lup” dan yang kedua seperti “duk”. Dalam keadaan normal jantung tidak membueta bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila ada kelainan pada katub atau salah satu ruangnya, maka dapat terjadi bunyi lain, biasanya disebut “bising”.

  • Debaran Jantung

Debaran jantung atau debaran apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding arterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba, dan sering terlihat pula pada ruang interkostal kelima kiri, kira-kira lima sentimeter dari garis tengah sternum.

  • Daya Pompa Jantung

Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setia denyut (volume denyutan 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 500 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit.

Tiap menit sejumlah yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Akan tetapi, bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik, dan jika keadaan ini tidak cepat ditangani maka terjadi udema.

Udema karean payah jantung sebagian karena adanya tekanan balik di dalam vena yang meningkatkan perembesan cairan keluar kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung rendah yang juga mengurangi pengantaran darah ke ginjal. Maka ginjal gagal mengeluarkan garam. Penimbunan garam menyebabkan penimbunan air.

 

  1. B.     Pembuluh Darah

Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperi karbon dioksida.

Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan, dan vena yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung.

  1. 1.      Pembuluh arteri

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari jantung. Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah biasanya menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung mengembang dan darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah saat jantung berkontraksi dan darah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat diukur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.

Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari jaringan penyambung. Di lapisan selanjutnya terdapat tunika media yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis. Lapisan terdalam adalah tunika intima yang tersusun atas sel endothelial. Darah mengalir di dalam pada lumen.

Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh:

  1. Arteri pulmonaris

Pembuluh ini membawa darah yang telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-paru.

  1. Arteri sistemik

Arteri sistemik membawa darah menuju arteriol dan kemudian ke pembuluh kapiler, di mana zat nutrisi dan gas ditukarkan.

  1. Aorta

Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan membawa banyak oksigen.

  1. Arteriol

Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.

  1. 2.      Pembuluh Vena

Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.

Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak mengandung karbon dioksida kecuali vena pulmonalis.

  1. 3.      Pembuluh darah kapiler

Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah pembuluh darah terkecil di tubuh, berdiameter 5-10 μm, yang menghubungkan arteriola dan venula, dan memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan jaringan di sekitarnya.

Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola, dan kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya perfusi jaringan, kapiler bergabung dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung. Dinding kapiler adalah endotel selapis tipis sehingga gas dan molekul seperti oksigen, air, protein, dan lemak dapat mengalir melewatinya dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik dan hidrostatik.

  1. II.            Macam Peredaran Darah

Sistem peredaran darah pada manusia dibagi menjadi :

1)      Sistem peredaran darah kecil (sirkulasi paru-paru)

Darah yang miskin oksigen (darah  anoksi) keluar dari bilik kanan jantung menuju ke arteri pulmonalis lalu menuju ke paru-paru. Didalam  paru- paru terjadi pertukaran gas yaitu oksigen dari  alveoli berdifusi masuk ke dalam kapiler darah, dan CO2 dari kapiler darah berdifusi masuk ke dalam ke alveoli. Darah yang kaya oksigen (darah oksi) masuk melalui vena pulmonalis ke serambi kiri jantung.

2)      Sistem peredaran darah besar (sirkulasi sistemik)

Darah kaya oksigen dari bilik kiri jantung akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui arteri. Arteri ini akan bercabang-cabang menjadi arteriol, dan kemudian menjadi kapiller-kapiler darah yang akan mensuplai oksigen zat-zat lain ke dalam sel-sel tubuh. Kemudian CO2 dari sel-sel tubuh akan berdifusi ke dalam kapiler darah kemudian menuju ke vena cava lalu masuk ke serambi kanan jantung.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pembuluh darah yang keluar dari jantung disebut arteri, dan pembuluh darah yang masuk ke jantung disebut vena. Pembuluh arteri membawa darah yang kaya oksigen kecuali arteri pulmonalis yang membawa darah anoksi ke paru-paru. Pembuluh vena umumnya membawa darah anoksi (miskin oksigen) kecuali vena pulmonalis yang membawa darah oksi dari paru-paru ke jantung. Berikut merupakan skema peredaran darah pada manusia :

Fluida cair yang mengalir di dalam pembuluh darah disebut dengan darah. Kecepatan Alir darah melalui pembuluh darah bergantung pada beberapa faktor antara lain:  luas penampang pembuluh darah, perubahan tekanan, panjang pembuluh darah dan viskositas. Hukum Kontinuitas menyatakan bahwa volume cairan per satuan waktu (Q) yang keluar sama dengan yang masuk. Semakin kecil luas penampang pembuluh darah, semakin cepat laju alir darah. Hukum Kontinuitas membuktikan luas penampang mempengaruhi kecepatan alir darah.

Bernauli menyatakan sebuah hukum yang mirip dengan hukum kontinuitas. Hukum Bernauli memperbaiki kelemahan dari kontinuitas yang tidak memperhitungkan faktor massa jenis dan beda ketinggian. Hukum Bernauli menyatakan bahwa energi dari sebuah fluida cair adalah konstan. Bernauli ikut membuktikan kebenaran dari hukum kekekalan energi.

Tekanan darah yang mengalir di dalam pembuluh darah menentukan sifat aliran. Aliran darah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu aliran laminar dan tubulen. Arah aliran laminar sejajar dengan bidang pembuluh darah yang dilalui dan bersifat tenang. Sedangkan aliran turbulen arahnya berputar dan tidak terkendali.

Pada massa jenis dan viskositas yang tetap, perubahan sifat aliran darah dari laminar menjadi turbulen disebabkan oleh peningkatan tekanan (P) dan kecepatan (v). Perubahan aliran darah dapat diprediksikan melalui pengukuran bilangan Reynould. Bilangan Reynould yang melebihi 2000 menujukan potensi aliran turbulensi pada pembuluh darah tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan tekanan yang dapat disebabkan faktor internal atau eksternal. Salah satu faktor internal yang sering dikaitkan dengan aliran turbulensi adalah atherosklerosis.

Pengukuran tekanan darah menggunakan prinsip yang sama dengan perubahan aliran laminar menjadi turbulen. Udara yang dipompakan terus ke manset menambah tekanan eksternal pada pembuluh darah. Sesaat aliran darah berubah dari laminar menjadi turbulen. Bila tekanan terus ditambah, maka aliran pembuluh darah menjadi total tertutup. Pada saat ini, bising yang semula kuat terdengar menghilang karena aliran darah mengalami retensi. Setelah pengunci manset dibuja perlahan, tekanan mualai berkurang dan obstruksi menjadi parsial. Darah yang semula mengalami retensi, kembali megalir turbulen. Bising mulai terdengar ingá beberapa saat kemudian kembali menghilang seiring dengan penurunan tekanan manset.

Bising yang terdengar pertama kali setelah pengunci manset dilepas mewakili kondisi sistolik sehingga tekanan darah saat bising itu pertama kali terdengar juga disebut tekanan sistolik. Bising itu terdengar beberapa saat lalu menghilang. Bising terkahir yang terdengar sebelum menghilang menunjukan perubahan aliran dari turbulen menjadi laminar dan mewakili kondisi diastolik. Tekanan yang terukur saat bising terakhir terdengar sebelum menghilang disebut tekanan diastolik. Rerata tekanan darah normal secara umum disepakati sistolik 120 mmHg dan diastolik 80 mmHg.

Faktor terakhir yang ikut mempengaruhi kecepatan alir darah adalah viskositas. Viskositas diartikan sebagai kekentalan yang diukur dari kecepatan endap dua buah benda pipih yang dimasukan ke dalam zat cair. Viskositas dipengaruhi oleh resultante gaya, luas bidang benda di dalam zat alir, kecepatan benda mengendap dan perubahan jarak tempuh. Kekentalan darah diwakili oleh parameter hematokrit atau PCV pada pemeriksaan laboratorium.

 

 

  1. III.            Golongan Darah

Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan AB0 dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen AB0 dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisisgagal ginjalsyok dan kematian

Golongan darah dibedakan berdasarkan komposisi aglutinogen dan aglutininnya. Aglutinin disebut juga antibodi yaitu senyawa kimia yang berperan dalam menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh. Aglutinin berupa sekumpulan senyawa yang terbentuk di dalam darah akibat infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penggumpalan bersama bakteri itu. Di dalam darah aglutinin dijumpai dalam plasma darah. Aglutinogen disebut juga antigen. Antigen sendiri diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat merangsang aktifnya sistem kekebalan tubuh. Dalam kehidupan kita antigen bisa diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Antigen bisa dijumpai di dalam darah tepatnya berada pada sel darah merah. Antigen ada 2 macam yaitu antigen A dan antigen B.

Ringkasnya di dalam darah dijumpai aglutinin maka ia ditemukan pada plasma darah sedangkan aglutinogen posisinya ada di sel darah merah. Jadi di dalam darah bisa dijumpai aglutinin dan agultinogen bisa juga tidak.

 

1)      Golongan Darah Sistem AB0

Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam sistem AB0 pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.

Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah 0). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan 0.

Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.

Dalam sistem AB0, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:

Golongan Sel Darah Merah Plasma
A Antigen A Antibodi A
B Antigen B Antibodi B
AB Antigen A & B Tidak ada antibodi
0 Tidak ada antigen Antibodi Anti A & Anti B

Penyebaran golongan darah A, B, 0 dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.

2)      Golongan Darah Sistem Rhesus

Golongan darah system Rhesus didasarkan atas ada tidaknya aglutinogen Rhesus (Rh) yang disebut juga faktor Rhesus. Pada tahun 1940, Landsteiner menemukan bahwa golongan darah A dapat dibedakan pada kera jenis Macaca mulata. Berdasarkan penyelidikannya membedakan golongan darah A menjadi 2 macam yaitu :

1. Golongan darah A yang berfaktor rhesus positif (Rh+)

2. Golongan darah A yang tidak berfaktor rhesus ( Rh-).

Golongan darah yang lain pun dibedakan menjadi Rh+ dan Rh-. Gologan darah Rh+ yaitu golongan darah yang mempunyai antigen Rhesus. Golongan darah Rh- yaitu golongan darah yang tidak mempunyai antigen Rhesus. Rh+ bersifat dominan, oleh karena itu Rh+ tidak boleh mendonorkan darahnya ke tipe Rh- karena akan terjadi aglutinasi. Akan tetapi orang bergolongan darah Rh- boleh menyumbangkan darah ke orang bergolongan darah Rh+.

Faktor Rh tidak begitu pengaruh dalam transfuse darah, tetapi pada kasus tertentu dapat menyebabkan kematian bayi dalam kandungan (Eritroblastosis fetalis). Kondisi ini berkembang pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi memiliki jenis darah yang berbeda, biasanya terjadi jika seorang ibu Rh- kawin dengan lelaki Rh+ maka anak dalam kandungannya akan memiliki Rh+. Saat dalam kandungan, sel darah merah Rh+ anaknya dapat keluar menembus plasenta ke sistem sirkulasi ibunya, yaitu saat plasenta rusak sebelum atau sesudah bayi dilahirkan. Hal ini menyebabkan si ibu memproduksi antibodi anti-Rh. Jika ibu hamil lagi dan anak memiliki faktor Rh+, maka antibodi anti-Rh ibu akan masuk lewat plasenta dan merusak sel darah merah anak. Akibatnya, terjadi kerusakan sel darah merah pada anak kedua yang dapat menyebabkan kematian.

3)      Transfusi Darah

Pada transfusi darah, orang yang mendapat darah disebut resipien dan pemberi darah disebut donor. Sel darah yan diberikn kepada resipien adalah senyawa protein. Jika tidak sesuai, berarti sel darah tersebut bersifat sebagai antigen sehingga sel darah akan digumpalkan atau mengalami aglutinasi. Golongan darah 0 dapat memberikan darahnya kke semuagolongan darah sehingga disebut donor universal. Hal ini terjadi karena sel-sel golongan darah 0 tidak mengandung kedua aglutinogen sehingga sejumlah kecil dari darah ini dapat ditransfusikan ke hamper setiap resipien tanpa terjadi reaksi aglutinasi dengan cepat. Golongan darah AB disebut resipien universal karena dapat menerima darah dari semua golongan darah. Akan tetapi, transfuse darah sebaiknya dilakukan antar golongan darah yang sama.

Tabel Kecocokan Plasma

Resipien Donor harus
AB AB manapun
A A atau AB manapun
B B atau AB manapun
0 0, A, B atau AB manapun

Pada umumnya, transfusi dilakukan pada orang dalam kondisi berikut ini:

  1. Orang yang mengalami kecelakaan atau luka-luka
  2. Tubuh yang terbakar
  3. Waktu tubuh kehilangan bayak arah misalnya operasi
  4. Orang yang mengidap penyakit kronis

Pada setiap transfuse, darah yang dipakai rata-rata antara 300-1000 cc. darah yang diambil tersebt dimasukkan ke dalam botol steril terlebih dahulu. Kemudian darah diberi larutan natrium sitrat 2,5 % untuk mencegah penggumpalan. Lalu darah disimpan di tempat bersuhu di bawah 0ºC.

 IV.            Gangguan atau Kelainan pada Sistem Peredaran Darah

a)      Varises

Varises merupakan suatu pelebaran pada pembuluh balik (vena) yang sering terjadi pada bagian bawah tubuh, seperti pembuluh balik pada kaki (betis) yang menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Akibat pelebaran ini, maka vena tampak berkelok-kelok dan berwarna biru. Hal ini terjadi karena katup-katup pada vena menjadi lemah sehingga aliran darah ke jantung terhambat dan beban vena menjadi berat. Penyebabnya dapat terjadi karena faktor bawaan sejak lahir atau karena sering berdiri, kehamilan dan tumor. Vena bagian dalam jarang terkena varises karena terlindungi oleh otot tulang. Gejalanya pegal-pegal, panas dan lelah pada tungkai.

Bila varises terjadi di daerah anus, maka disebut ambeien atau wasir atau haemorhoid. Penyebabnya adalah aliran darah yang tidak lancar. Ini sering dialami oleh seseorang yang banyak melakukan kegiatan dengan berdiri dan sering pula dialami wanita yang sedang hamil atau sering mengalami sembelit, sukar buang air besar sehingga mengedan terlalu keras.

b)      Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi jika tekanan darah sistole dan diastole di atas normal, yaitu sistole lebih besar dari 140 mm Hg atau tekanan diastole lebih besar dari 99 mmHg. Tekanan darah yang ideal adalah tekanan sistole 120 mmHg, dan tekanan diastole 80 mmHg. Penyebabnya antara lain adalah penyakit ginjal, banyak merokok, kegemukan, gangguan dalam transpor garam-garam dan hormon. Tetapi dapat pula karena faktor keturunan.

Hipertensi dapat menyebabkan jantung harus bekerja keras sehingga otot-ototnya menebal, beban terhadap arteri semakin besar sehingga mudah pecah. Bila arteri yang menuju otak pecah dapat menimbulkan stroke. Hipertensi ditandai dengan badan lemah, pusing, napas pendek, dan palpitasi jantung.

c)      Hipotensi

Hipotensi atau tekanan darah rendah merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan sistole dan diastolnya di bawah ukuran normal (<90/70 mmHg). Tekanan darah rendah ditandai dengan gejala mudah pusing ketika bangun tidur, badan cepat lelah atau lesu, tangan dan kaki terasa dingin, mata berkunang-kunang terutama setelah jongkok lalu berdiri, atau pingsan. Hipotensi dapat disebabkan oleh pendarahan, diare yang disertai muntah, kekurangan mineral dalam makanan (diet terlalu ketat), atau mengkonsumsi obat penurun tekanan  darah secara berlebihan.

d)     Gangguan Jantung

Gangguan jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena adanya gangguan pada peredaran darah koroner (peredaran darah pada otot jantung), akibatnya aliran darah ke jantung berkurang. Gejalanya adalah rasa nyeri di daerah dada lalu menjalar ke lengan sebelah kiri. Rasa nyeri berkurang bila diistirahatkan. Penyebab lainnya dalah pengendapan kolesterol dalam pembuluh darah, yang dapat membentuk bongkahan kolesterol yang menghalangi aliran darah.

e)      Gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi menurunnya kekuatan kontraksi jantung sehingga terjadi gangguan pada volume peredaran darah ke seluruh tubuh. Gejalanya berupa cepat lelah, sesak nafas, bengkak pada kaki (oedema) dan pembengkakan pada paru-paru dan jantung akibat tertimbunnya darah pada organ-organ tubuh tersebut.

f)       Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan dari penderita yang kekurangan eritrosit terutama unsur hemoglobin di dalam tubuh. Oleh karena itu, ada yang menyebutnya penyakit kurang darah. Jumlah eritrosit normal adalah 5,3 juta/mm3 darah. Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan oksigen (O2) menuju jaringan menurun, sehingga mengganggu fungsi kerja sel.

Gejala anemia antara lain ditandai dengan muka penderita pucat, cepat lelah, sakit kepala, timbulnya bintik-bintik hitam pada mata, jantung berdebar, dan denyut nadi meningkat.

Anemia dapat terjadi juga apabila kita terluka dan kehilangan banyak darah. Sehingga cara yang bisa dilakukan adalah transfusi darah. Kurangnya zat seperti zat besi (Fe) dan vitamin B12 juga bisa menyebabkan anemia. Selain itu, ada pula anemia yang terjadi secara genetis. Misalnya thalasemia dan anemia bulan sabit (siclema).

Thalasemia merupakan suatu kelainan pada eritrosit, sehingga selnya mudah rapuh dan cepat rusak. Ini terjadi karena sel-selnya tidak mampu mensintesis rantai polipeptida alfa (α) dan rantai polipeptida beta (β) dengan cukup, sehingga hemoglobin tidak terbentuk. Thalasemia merupakan penyakit menurun, penderita thalasemia umumnya memiliki jumlah hemoglobin yang kurang bahkan hampir tidak ada sama sekali. Oleh karenanya, penderita thalasemia melakukan transfusi darah secara rutin. Gejala penyakitnya bervariasi, dapat berupa anemia, pembesaran limpa dan hati atau pembentukan tulang muka yang abnormal.

Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang rusak. Pembesaran limpa penderita thalasemia terjadi karena sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Selain itu, tugas limpa juga lebih diperberat untuk memproduksi sel merah lebih banyak. Sedangkan tulang muka merupakan tulang pipih. Tulang pipih berfungsi memproduksi sel darah, akibat thalasemia tulang pipih akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya hingga terjadi pembesaran tulang pipih. Pada muka hal ini dapat dilihat dengan jelas karena adanya penonjolan dahi, menjauhnya jarak antara kedua mata dan menonjolnya tulang pipi.

Sementara itu, anemia bulan sabit (cicle cell anemia) merupakan anemia yang sel-selnya mengandung tipe hemoglobin abnormal, yang disebut hemoglobin S. Apabila hemoglobin S ini berikatan dengan oksigen (O2) yang berkonsentrasi rendah, Hb S membentuk gel, sehingga menyebabkan perubahan bentuk (sickling) eritrosit. Sel ini kurang fleksibel dan cenderung mengalami fragmentasi, dan terdapat peningkatan laju pemecahan eritrosit oleh makrofag. Hemoglobin yang membentuk gel tersebut juga akan merusak membran sel sehingga sel tersebut menjadi lebih rapuh. Varian Hb S diwariskan dengan cara Mendelian. Keturunan heterozigot dengan Hb S kurang dari 40% biasanya tidak memberikan gejala (sickle cell trait). Keturunan homozigot dengan lebih dari 70% Hb S mengalami anemia sel sabit penuh.

g)      Leukemia

Leukemia adalah pertumbuhan leukosit yang abnormal pada jaringan yang memproduksi sel darah putih. Penyebabnya antara lain terpapar sinar radioaktif, virus, zat kimia beracun dan kerentanan bawaan pada keluarga tertentu. Gejalanya dapat berupa anemia, berkurangnya trombosit sehingga penderita menjadi pucat, lesu, kulit mudah memar bila terbentur, pendarahan hidung, berat badan turun, sering demam dan berkeringat di malam hari.

Leukemia atau kanker darah merupakan suatu keadaan berupa kelebihan produksi leukosit. Leukimia disebabkan oleh keadaan sumsum tulang atau jaringan limfa yang abnormal, sehingga produksi leukosit berlipat ganda.

Di dalam dunia medis, gangguan leukemia ini sukar diobati. Namun, cara yang seringkali dilakukan adalah dengan sinar X, kemoterapi atau terkadang diperlukan transplantasi (pencangkokan) sel-sel mieoloid. Kebalikan leukimia adalah agranulositosis, yakni kekurangan leukosit. Akibat yang ditimbulkan adalah daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun.

h)      Polisetemia

Polisetemia merupakan suatu keadaan kelebihan produksi eritrosit dalam tubuh seseorang. Darah penderita menjadi kental, sehingga memperlambat aliran darah di dalam pembuluh atau dapat juga membentuk gumpalan di dalam darah. Gumpalan darah dapat menyebabkan ganggren/kematian jaringan jika terjadi pada jantung, sehingga dapat menyebabkan kematian bagi penderita. Gejala yang ditimbulkannya dapat berupa sakit kepala dan pusing-pusing.

i)        Hemofilia

Hemofilia merupakan penyakit keturunan dengan gejala pendarahan yang sukar dihentikan. Sebanyak 85% dari penyakit ini disebabkan oleh defisiensi faktor VIII. Jenis hemofilia ini disebut hemofilia A atau hemofilia klasik. Sebanyak 15% pasien sisanya kecenderungan perdarahan disebabkan oleh defisiensi faktor IX. Kedua faktor tersebut diturunkan secara resesif melalui kromosom wanita.

Dinamakan filia karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya mempunyai gen-gen yang sempurna. Namun demikian bila salah satu kromosom X-nya mengalami defisiensi, maka akan menurunkan penyakit tersebut kepada separuh anak laki-laki.

j)        Trombositopenia

Kelainan ini ditandai dengan sedikitnya jumlah trombosit di dalam sistem peredaran darah. Penderita trombositopenia cenderung mengalami pendarahan seperti halnya pada hemofilia. Bedanya ialah pendarahan trombositopenia berasal dari kapiler-kapiler kecil, dan bukan dari pembuluh besar seperti yang terjadi pada hemofilia. Sebagai akibat kelainan ini, timbul bintik-bintik pendarahan di seluruh jaringan tubuh. Kulit penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu, sehingga penyakit itu disebut trombositopenia purpura. Sedangkan kelainan yang ditandai dengan banyaknya jumlah trombosit disebut trombositosis.

k)      Hipertrofi Kardiomiopati

Hipertrofi Kardiomiopati (Hypertrophic Cardiomyopathy) merupakan sekumpulan penyakit jantung yang ditandai dengan adanya penebalan pada dinding ventrikel. Hipertrofi merupakan suatu keadaan menebalnya otot-otot jantung sebagai akibat katup-katup jantung tidak berfungsi sehingga jantung bekerja ekstra. Akibatnya, saat tertentu, jantung tidak dapat lagi memberi cukup oksigen (O2) terhadap jaringan.

l)        Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah arteri dan vena, yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Pemicunya adalah arteriosklerosis, yaitu pengerasan pembuluh nadi (arteri) akibat endapan lemak. Sementara, arterosklerosis adalah pengerasan pembuluh nadi (arteri) akibat endapan zat kapur.

m)    Embolisme Koroner

Embolisme koroner merupakan suatu gangguan pada arteri koroner yang mengakibatkan pembuluh terisi oleh bekuan darah secara mendadak. Bekuan darah ini berasal dari bagian tubuh lain yang terbawa oleh aliran darah menuju arteri koroner.

n)      Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis)

Penyakit kaki gajah disebabkan karena larva cacing filaria. Larva cacing filaria ini masuk ke dalam darah melalui gigitan nyamuk Culex sp. Larva ini kemudian terbawa dalam peredaran darah. Di dalam pembuluh getah bening (limfa) larva akan menetas menjadi cacing. Cacing-cacing tersebut akan menyumbat saluran limfa dan menyebabkan pecahnya saluran limfa. Cairan limfa yang keluar dari saluran inilah yang akan mengisi jaringan di bagian kaki sehingga kaki menjadi bengkak.

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, Philip I. and Jeremy P. T. Ward. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Anderson, Paul D. 2008. Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

Anonim. 2011. Fungsi Darah. Diunduh dari  http://www.crayonpedia.org/wiki/images/b/b0/Fungsi_AT_27.jpg Pada Senin, 11 Maret 2012 Pukul 13.40 WIB

Anonim.  2011.  Biofisika 1. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ Pada Jumat 15 Maret 2013 Pukul 20.45 WIB

Belk, Collen and Maier, Virginia B. 2010. BIOLOGY. San Fransisco: Pearson Education,inc.

Brillia, Urabillah. 2010.  Kelainan Penyakit pada Sistem Peredaran Darah . Diunduh dari http://www.slideshare.net / Pada Rabu 13 Maret 2012 Pukul 19.46 WIB

Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.

Gerking, Shelby D. 1969. BIOLOGICAL SYSTEMS. London:  W.B SAUNDERS COMPANY.

Pearce, Evelyn. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Starr, Cecie and McMillan, Beverly. 2010.  HUMAN BIOLOGY. USA : Brooks/Cole, Cengange Learning.

Sudargo, Fransisca. 2010. Modul Buku Sains SMP. Diunduh dari http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195107261978032-FRANSISCA_SUDARGO/modul_UT/Model_Buku_Sains_SMP_(Biologi)/Kelas_VIII/Bab._7-VIII_Sistem_Peredaran_Darah_Pada_Manusia_(Sisca).pdf . Pada Sabtu Pukul 20.12 WIB

Tjitrosoepomo, Gembong, dkk. 1980. Biologi II. Jakarta: Dedikbud

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC

Wheeler Liz. 2000. Tubuh Manusia. Jakarta : PT Balai Pustaka

Leave a comment